DEFINISI
Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
Sekitar 10% orang yang mengunjungi dokter untuk keluhan psikisnya sesungguhnya menderita depresi. Depresi mulai timbul pada usia 20, 30 atau 40 tahun.
Suatu episode depresi biasanya berlangsung selama 6-9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung sampai 2 tahun atau lebih. Episode depresi cenderung berulang sebanyak beberapa kali.
Depresi situasional adalah depresi yang terjadi setelah suatu peristiwa traumatik, seperti kematian orang yang dicintai. Holiday blues adalah depresi yang terjadi ketika sedang berlibur atau merayakan sesuat, bersifat sementara. Depresi endogenous adalah depresi tanpa penyebab yang pasti.
PENYEBAB
Penyebab depresi belum sepenuhnya dimengerti. Sejumlah faktor dapat menyebabkan seseorang cenderung menderita depresi:
- Faktor keturunan
- Efek samping dari obat-obatan tertentu
- Kepribadian introvert
- Peristiwa emosional (terutama kehilangan).
Depresi bisa terjadi atau semakin memburuk tanpa disertai stres kehidupan yang nyata ataupun berarti. Wanita dua kali lebih mudah terkena depresi, meskipun alasannya belum diketahui dengan jelas.
Penelitian jiwa memperlihatkan bahwa wanita cenderung memberikan respoon terhadap kesengsaraan dengan cara menarik diri dan menyalahkan dirinya sendiri. Sebaliknya, pria cenderung menolak atau mengalihkannya ke dalam berbagai kegiatan.
Faktor biologis yang paling banyak terlibat adalah faktor hormonal. Perubahan kadar hormon pada wanita memegang peranan penting; perubahan suasanan hati bisa terjadi sesaat sebelum menstruasi (ketegangan pre-menstruasi) dan setelah persalinan (depresi post-partum). Perubahan hormon serupa bisa terjadi pada wanita pemakai pil KB yang mengalami depresi.
Kelainan fungsi tiroid, yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya depresi.
Depresi juga bisa terjadi karena atau bersamaan dengan sejumlah penyakit atau kelainan fisik. Kelainan fisik bisa menyebabkan depresi secara:
- Langsung, misalnya ketika penyakit tiroid menyebabkan berubahnya kadar hormon, yang bisa menyebabkan terjadinya depresi.
- Tidak langsung, misalnya ketika penyakit artritis rematoid menyebabkan nyeri dan cacat, yang bisa menyebabkan depresi.
Ada pula kelainan fisik yang menyebabkan depresi secara langsung dan tidak langsung. Misalnya AIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya merusak otak; secara tidak langsung menyebabkan depresi jika menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan penderitanya.
Berbagai obat yang diresepkan (terutama obat yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi) bisa menyebabkan depresi.
Sejumlah kelainan jiwa bisa menyebabkan penderitanya mengalami depresi (misalnya penyakit kecemasan, alkoholisme dan penyalahgunaan zat-zat lainnya, skizofrenia dan stadium awal demensia).
Kelainan Fisik yang Dapat Menyebabkan Depresi
- Efek samping obat-obatan
- Amfetamin
- Obat anti-psikosa
- Beta bloker
- Simetidin
- Pil KB
- Sikloserin
- Indometasin
- Air raksa
- Metildopa
- Reserpin
- Talium
- Vinblastin
- Vinkristin - Infeksi
- AIDS
- Influenza
- Mononukleosis
- Sifilis (stadium lanjut)
- Tuberkulosis
- Hepatitis virus
- Pneumonia virus - Kelainan hormonal
- Penyakit Addison
- Penyakit Cushing
- Hiperparatiroidisme
- Hipotiroidisme dan hipertiroidisme
- Hipopituitarisme - Penyakit jaringan ikat
- Artritis rematoid
- Lupus eritematosus sistemik - Kelainan neurologis
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Sklerosis multipel
- Penyakit Parkinson
- Tidur apneu
- Stroke
- Epilepsi lobus temporalis - Kelainan gizi
- Pellagra (kekurangan vitamin B6)
- Anemia pernisiosa (kekurangan vitamin B12) - Kanker
- Kanker perut (indung telur, usus besar)
- Kanker yang menyebar ke seluruh tubuh.
GEJALA
Gejalanya muncul secara bertahap selama beberapa hari atau minggu. Penderita tampak tenang dan sedih atau mudah tersinggung dan cemas.
Pada depresi vegetatif, penderita cenderung menarik diri, jarang berbicara, tidak mau makan dan tidak mau tidur. Sedangkan penderita depresi agitasi tampak sangat gelisah, meremas-remas tangannya serta banyak berbicara.
Banyak penderita yang tidak dapat merasakan emosi duka cita, gembira dan senang secara normal; dunia tampak semakin suram, tidak ada kehidupan dan mati. Berfikir, berbicara dan kegiatan umum lainnya semakin berkurang, sehingga aktivitas volunter terhenti sama sekali.
Fikirannya dipenuhi oleh perasaan bersalah dan memiliki gagasan untuk menghancurkan dirinya sendiri, serta tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Mereka sering bimbang dan menarik diri, merasa tak berdaya dan putus asa serta berfikir tentang kematian dan bunuh diri.
Penderita mengalami sulit tidur dan seringkali terbangun, terutama pada dini hari.
Gairah dan kenikmatan seksualnya hilang. Nafsu makan yang buruk dan penurunan berat badan kadang menyebabkan penderita menjadi kurus dan siklus menstruasinya berhenti (pada wanita).
Pada depresi yang lebih ringan, penderitanya makan sangat banyak dan terjadi penambahan berat badan.
Pada sekitar 20% penderita, gejalanya lebih ringan tetapi berlangsung selama bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Depresi disritmik ini seringkali muncul pada awal kehidupan dan berhubungan dengan perubahan kepribadian yang nyata.
Penderita tampak muram, pesimis, tidak suka bercanda atau tidak mampu merasakan kesenangan; pasif dan letargis; introvert; curiga, suka mengkritik dan sering menyesali dirinya sendiri.
Fikiran penderita dipenuhi dengan kekurangan, kegagalan dan peristiwa negatif, kadang sampai menikmati kegagalan mereka sendiri.
Beberapa penderita mengeluhkan penyakit fisik, berupa sakit dan nyeri atau ketakutan akan musibah atau menjadi gila. Penderita lainnya berfikir bahwa mereka menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau yang memalukan (misalnya kanker atau penyakit menular seksual), dan mereka menularkannya kepada orang lain.
Sekitar 15% penderita (terutama pada depresi berat), mengalami delusi (keyakinan yang palsu) atau halusinasi, yaitu melihat atau mendengar benda yang sesungguhnya tidak ada.
Mereka yakin bahwa mereka melakukan dosa atau kejahatan yang tidak dapat dimaafkan, atau mereka mendengar suara-suara yang menuduh mereka telah melakukan berbagai perbuatan yang tidak senonoh atau suara-suara yang mengutuk mereka supaya mati.
Kadang penderita membayangkan bahwa mereka melihat peti mati dan orang-orang yang sudah meninggal.
Perasaan tidak aman dan tidak berharga bisa menyebabkan depresi yang sangat berat pada penderita yang yakin bahwa mereka diawasi dan dihukum. Depresi yang disertai dengan delusi dinamakan depresi psikotik.
Gejala depresi yang paling serius adalah pemikiran tentang kematian. Banyak penderita yang ingin mati atau merasa mereka sangat tidak berguna sehingga mereka sepantasnya mati. Sebanyak 15% penderita menunjukkan perilaku bunuh diri. Rencana bunuh diri merupakan keadaan yang gawat, dan penderitanya harus dirawat dan diawasi secara ketat, sampai keinginannya untuk bunuh diri hilang.
DIAGNOSA
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan tanda-tanda dan gejalanya. Riwayat depresi sebelumnya atau riwayat keluarga dengan depresi bisa memperkuat diagnosis.
Untuk membantu menentukan beratnya depresi kadang digunakan pertanyaan standar berikut:
- Skala Penilaian Depresi Hamilton, pertanyaan diarahkan secara verbal oleh penanya
- Kuosioner Depresi Beck, pertanyaan diisi sendiri oleh penderita.
Pemeriksaan darah bisa membantu menentukan penyebab depresi. Hal ini terutama dilakukan pada penderita wanita, dimana faktor hormonal bisa menyebabkan terjadinya depresi.
Pada kasus-kasus yang sulit, bisa dilakukan pemeriksaan lainnya untuk memperkuat diagnosa. Gangguan tidur adalah gejala depresi yang khusus. Ensefalogram tidur bisa dilakukan guna mengukur waktu yang diperlukan penderita untuk sampai pada tahap tidur REM (periode tidur selama terjadinya mimpi). Dalam keadaan normal diperlukan waktu sekitar 90 menit, pada penderita depresi biasanya hanya diperlukan waktu 70 menit atau kurang.
PENGOBATAN
Pada saat ini pengobatan depresi tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Penderita yang harus dirawat di rumah sakit adalah penderita yang:
- memiliki kecenderungan bunuh diri atau merencanakan tindakan bunuh diri
- terlalu lemah karena berat badannya turun
- memiliki resiko terjadinya kelainan jantung karena penderita sangat gelisah.
Pemberian obat-obatan merupakan langkah utama dalam mengobati depresi sekarang ini. Pengobatan lainnya adalah psikoterapi dan terapi elektrokonvulsif. Kadang digunakan kombinasi dari ketiga terapi tersebut.
Obat-obatan.
Tersedia beberapa jenis obat-obatan yang harus diminum secara teratur minimal selama beberapa minggu sebelum obat mulai bekerja.
- Anti-depresi trisiklik.
Sering menimbulkan efek samping berupa mengantuk dan penambahan berat badan.
Obat ini juga menyebabkan peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan darah ketika penderita berdiri, pandangan kabur, mulut kering, linglung, sembelit, kesulitan untuk memulai berkemih dan orgasme yang tertunda. Efek ini disebut efek antikolinergik, yang lebih sering terjadi pada usia lanjut.
Anti-depresi yang mirip dengan trisiklik memiliki efek samping yang berbeda:
- Venlafaksin bisa menyebabkan kenaikan tekanan darah yang ringan
- Trazodon menyebabkan priapisme (nyeri ketika ereksi)
- Maprotilin dan bupropion bisa menyebabkan kejang. - Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
Efek sampingnya lebih sedikit dan biasanya lebih aman digunakan pada penderita depresi yang disertai kelainan jiwa.
Efek samping yang terjadi berupa mual, diare dan sakit kepala; yang sifatnya ringan dan akan segera menghilang jika pemakaian obat dilanjutkan.
SSRIs efektif digunakan pada depresi yang disertai oleh kelainan jiwa berikut:
- Distimia, yang memerlukan pemberian jangka panjang
- Penyakit obsesif-kompulsif
- Penyakit panik
- Fobia sosial
- Bulimia.
Kerugian utama dari SSRIs adalah sering menyebabkan kelainan fungsi seksual. - Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).
Penderita yang meminum obat golongan MAOIs harus menjalani sejumlah pengaturan diet dan larangan tertentu.
Mereka sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung tiramin, misalnya bir, anggur merah (termasuk sherry), kopi manis, makanan yang terlalu matang, salami, keju tua, ekstrak jamur dan kecap.
Mereka harus menghindari obat-obatan seperti fenilpropanolamin dan dekstrometorfan, yang menyebabkan pelepasan adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan darah yang hebat secara tiba-tiba. Obat lainnya yang juga harus dihindari adalah anti-depresi trisiklik, SSRIs dan meperidin (pereda nyeri).
Penderita yang meminum MAOIs biasanya diharuskan membawa obat penawar (misalnya klorpromazin atau nifedipin) setiap saat. Jika timbul nyeri kepala berdenyut dan hebat, maka obat penawar ini harus diminum dan segera pergi ke rumah sakit terdekat.
MAOIs jarang digunakan karena menimbulkan kesulitan dalam pembatasan diet dan larangan tertentu, sehingga hanya diberikan kepada penderita yang tidak menunjukkan perbaikan dengan anti-depresi lainnya. - Psikostimulan (perangsang psikis).
Contohnya adalah metilfenidat, yang biasanya diberikan kepada penderita yang menarik diri, tenang dan mengalami kelelahan atau penderita yang tidak menunjukkan perbaikan pada pemberian obat anti-depresi lainnya.
Psikostimulan cenderung bekerja dengan cepat (dalam 1 hari), sehingga kadang diberikan kepada penderita depresi usia lanjut yang baru menjalani pembedahan atau menderita penyakit yang berkepanjangan.
Psikoterapi.
Psikoterapi yang dijalankan bersamaan dengan pemberian anti-depresi memberikan hasil yang lebih baik.
Psikoterapi individual maupun kelompok bisa membantu penderita secara bertahap untuk memulai kembali tanggung jawabnya yang dahulu dan menyesuaikan diri dengan tekanan kehidupan yang normal. Pada psikoterapi interpersonal, penderita menerima dukungan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidupnya.
Terapi kognitif bisa membantu merubah fikiran negatif dan rasa putus asa.
Untuk depresi yang lebih ringan, psikoterapi saja bisa sama efektifnya dengan terapi obat-obatan.
Terapi Elektrokonvulsif.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) digunakan untuk mengatasi depresi berat, terutama pada:
- penderita psikotik
- penderita yang mengancam akan melakukan bunuh diri
- penderita yang tidak mau makan.
Terapi ini biasanya sangat efektif dan bisa segera meringankan depresi.
Elektroda dipasang di kepala dan aliran listrik diberikan untuk merangsang kejang di dalam otak. Untuk alasan yang tidak dimengerti, kejang ini menyebabkan berkurangnya depresi. Pengobatan dilakukan sebanyak 5-7 kali.
Aliran listrik bisa menyebabkan kontraksi otot dan nyeri, sehingga penderita dibius total selama pengobatan. ECT bisa menyebabkan hilangnya ingatan untuk sementara waktu.
PROGNOSIS
Jika tidak diobati, depresi bisa berlangsung sampai 6 bulan atau lebih.Gejala yang ringan bisa menetap, tetapi fungsi penderita cenderung kembali normal. Sebagian besar penderita mengalami episode depresi berulang, sekitar 4-5 kali sepanjang hidupnya.
0 komentar:
Posting Komentar