John Stacey Adams, ahli psikologi perilaku dan tempat kerja, yang menerbitkan Teori Ekuitas(Kesamaan)-nya pada motivasi kerja pada tahun 1963. Ada kemiripan dengan pengembangan dan intrepretasi yang dilakukan oleh Charles Handy terhadap teori awal Maslow, Herzberg dan perintis psikologi tempat kerja lainnya, yang semanya mengakui adanya faktor dan variabel yang mempengaruhi penilaian masing-masing individu dan persepsi hubungan mereka dengan pekerjaan mereka, dan dengan majikan mereka. Namun, JC Adams menekankan lebih jauh tentang kesadaran dan tanggung jawab dari situasi yang lebih luas - dan lebih kuat dibandingkan Teori Ekuitas dalam banyak model motivasi sebelumnya.
Karenanya model Teori Ekuitas Adams Ekuitas melampaui batas diri individu, dan berhubungan dengan pengaruh serta situasi orang lain - misalnya rekan kerja dan teman - dalam membentuk pandangan komparatif dan kesadaran Ekuitas, yang biasanya bermanifestasi sebagai rasa atau ukuran keadilan.
Ketika orang merasa diperlakukan adil atau bermanfaat mereka lebih cenderung termotivasi, sebaliknya ketika mereka merasa diperlakukan tidak adil mereka sangat rentan terhadap perasaan ketidakpuasan dan demotivasi. Cara seseorang mengukur rasa keadilan adalah inti dari Teori Ekuitas.
Model Ekuitas untuk mengukur situasi motivasi yang akan digunakan tidak tergantung pada sejauh mana seseorang percaya akan mendapatkan imbalan yang melebihi usahanya. Sebaliknya, Ekuitas, dan rasa keadilan yang biasanya mendasari motivasi, bergantung pada perbandingan antara rasio imbalan / investasi rasio dengan rasio kenikmatan (atau derita) yang dialami oleh orang lain yang berada dalam situasi yang mirip atau sama.
Adams menyebutkan bahwa antara usaha pribadi dan manfaatnya serta istilah sejenis lainnya identik dengan isu-isu 'take and give' ('memberi dan menerima') atau isu-isu di tempat kerja seperti 'input', dan 'output'.
Input secara logis diartikan sebagai apa yang kita berikan atau masukkan ke dalam pekerjaan kita. Adapun output (keluaran) adalah segala sesuatu yang kita ambil atau dapatkan sebagai hasilnya.
Istilah-istilah ini menekankan bahwa apa yang dimasukkan orang ke dalam pekerjaan mereka mencakup banyak faktor selain jam kerja, dan apa yang mereka terima dari pekerjaan mereka mencakup banyak hal selain uang.
Adams menggunakan istilah 'rujukan' untuk menggambarkan titik referensi atau orang-orang dengan siapa kita bandingkan situasi kita sendiri, yang merupakan bagian penting dari teori ini. Teori Ekuitas Adams melampaui - dan sangat berbeda dari sekedar menilai usaha dan imbalan karena menambahkan perspektif penting yakni 'acuan' orang lain (orang yang kita anggap dalam situasi yang sama). Karenanya Teori Ekuitas ini membantu menjelaskan mengapa gaji dan kondisi sendiri tidak menentukan motivasi.
Dalam hal bagaimana teori ini berlaku di tempat kerja dan manajemen, kita harus mencari keseimbangan yang adil antara apa yang kita masukkan ke dalam pekerjaan dan apa yang kita dapatkan dari itu. Tapi bagaimana kita memutuskan apakah hal itu adil dan seimbang dengan yang lain?
Jawabannya terletak pada Teori Ekuitas. Mengukur keadilan hendaknya dengan teori Ekuitas yakni dengan membandingkan antara usaha dan penghargaan, dan faktor lainnya dalam take and give' - yakni rasio input dan output - serta rasio kenikmatan oleh orang lain, yang dianggap menjadi titik referensi atau contoh-contoh yang relevan ('rujukan' orang lain).
Jadi, ini berarti bahwa Ekuitas tidak bergantung pada rasio input-output saja - melainkan tergantung pada rasio perbandingan antara kita dan rasio orang lain.
Kita membentuk persepsi tentang apa yang merupakan rasio yang adil (seimbang) antara input dan output dengan membandingkan situasi kita sendiri terhadap "acuan" (sebagai titik referensi) yang ada di pasar.
Pada prakteknya ini menjelaskan mengapa orang sangat dipengaruhi oleh situasi (dan pandangan dan gosip) dari rekan, teman, mitra dll, dalam membangun rasa keadilan kita atau ekuitas dalam situasi pekerjaan kita.
Teori Ekuitas Adams karena itu menjadi model motivasi yang jauh lebih kompleks dan canggih model dibandingkan dengan sekedar menilai upaya (input) dan reward (output).
Esesnsi dari rasa kesamaan (sense of equity) atau rasa keadilan (atau ketimpangan atau ketidakadilan) dalam Teori Ekuitas ini hanya bisa didapat setelah memasukkan perbandingan antara input kita sendiri dan rasio output dengan input dan output rasio yang kita lihat atau percaya harus dialami atau dinikmati oleh orang lain dalam situasi yang sama.
Aspek komparatif Ekuitas Teori memberikan apresiasi yang jauh lebih cair dan dinamis motivasi dari biasanya muncul dalam teori motivasi dan model yang didasarkan pada keadaan individu sendiri.
Sebagai contoh, Teori Ekuitas menjelaskan mengapa orang bisa bahagia dan termotivasi pada suatu hari, namun tanpa mengubah syarat dan kondisi kerja apapun tba-tiba dia bisa sangat tidak bahagia dan kehilangan motivasi, hanya karena dia tahu seorang rekan (atau lebih buruk sebuah seluruh kelompok) menikmati imbalan yang perbandingan input-outputnya yang lebih baik.
Ini juga menjelaskan mengapa memberi promosi kepada seseorang dapat memiliki efek demotivasi pada orang lain.
Perhatikan juga bahwa yang penting adalah rasio, bukan jumlah upaya atau imbalan semata. Perhatikan bagaimana karyawan penuh waktu akan membandingkan situasi input/output mereka dengan rekan kerja yang paruh waktu, yang mungkin mendapat imbalan lebih kecil, namun kalau karyawan paruh waktu itu terlihat bahagia dan menikmatinya maka bisa terjadi mereka akan terdemotivasi..
Ingat juga bahwa kata-kata seperti usaha dan manfaat, atau bekerja dan mendapat bayaran, sering merupakan penyederhanaan berlebihan - dan karenanya Adams menggunakan istilah input dan output, yang lebih tepat karena mencakup semua aspek dari apa yang diberikan seseorang, seperti pengorbanan, toleransi, investasi, dll ke dalam situasi pekerjaan mereka, dan semua. aspek dari apa yang diterima (dan manfaat) dari pekerjaan mereka termasuk peluang karir yang lebih luas.
0 komentar:
Posting Komentar