Entri Populer

Samarajiwa. Diberdayakan oleh Blogger.

Cinta Orangtua Jadi Kunci Perkembangan Otak Anak


img
(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Dulu setiap anak yang memiliki penyakit mental, dari depresi, skizofrenia hingga autisme maka salah satu yang disalahkan adalah peran ibu yang kurang. Tapi belakangan diketahui cinta orangtua memang menjadi kunci perkembangan otak anak.

Meski sebenarnya, selain peran orangtua dalam mendampingi perkembangan anak, faktor genetik juga menyebabkan ketidakseimbangan kimia di otak.

Selama dekade terakhir serangkaian penemuan-penemuan ilmiah telah menunjukkan bahwa faktor biologi setidaknya sama porsinya dengan faktor lingkungan dan faktor genetik dalam mempengaruhi penyakit mental pada anak. Faktor lingkungan tunggal yang paling kuat adalah cinta yang anak terima dari orang tua.

Hal tersebut merupakan tinjauan dari banyak studi yang telah dilakukan mengenai penyakit mental pada anak. Dalam sebuah penelitian baru dalam Prosiding National Academy of Sciences menunjukkan bagaimana peran orang tua tidak hanya mengubah hati dan pikiran, tetapi juga otak anak
.

Penelitian tersebut dilakukan oleh para peneliti di Washington University di St Louis dengan melibatkan 92 anak berusia 3-6 tahun. Penelitian tersebut mengamati peran orang tua dalam membantu anaknya menghadapi tugas yang agak membuat stres yang memang dirancang untuk menyerupai stres dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa tahun kemudian, rata-rata anak memiliki ukuran area otak yang disebut hippocampus yang diukur dengan menggunakan pencitraan resonansi magnetik (MRI). Pengamatan pada penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi ukuran hippocampus.

Para peneliti menemukan bahwa anak dengan peran ibu yang lebih baik dalam membantu anak menghadapi stres sehari-hari, memiliki hippocampus yang signifikan lebih besar. Anak yang memiliki hippocampus kecil akan mengalami peningkatan risiko untuk masalah depresi dan gangguan stres pasca trauma pada penyakit Alzheimer.

"Jika dalam kondisi depresi, serta memiliki hippocampus kecil dapat diprediksi bahwa tidak akan merespons untuk antidepresan dibandingkan dengan orang yang memiliki hippocampus yang besar. Memiliki hippocampus kecil meningkatkan risiko untuk segala macam gangguan mental," kata Dr. Charles Raison, seorang profesor psikiatri dari University of Arizona, Tucson seperti dilansir dari CNNHealthNews, Selasa (13/3/2012).

Hal tersebut juga berlaku untuk merokok seperti pada anak yang dengan penyalahgunaan narkoba karena kurang perhatian dari orangtua. Selain untuk melindungi terhadap penyakit otak, volume hippocampus yang besar juga sangat diperlukan karena merupakan daerah otak yang memainkan peran besar dalam pengelolaan stres dan tekanan hidup sehari-hari.

Hippocampus sangat penting bagi kemampuan untuk membentuk dan menyimpan kenangan pribadi. Hal tersebut juga merupakan masalah pokok untuk respons stres dan respons inflamasi. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada organ tubuh dan otak jika tidak dikelola dengan baik.

Sehingga ekspresi cinta dari orang tua sama kuatnya dengan gen dan bahan kimia yang membawa kecenderungan untuk gangguan mental pada anak. Otak manusia memang sangat kompleks, sehingga setiap hasil dari fungsi otak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal. Namun proses tersebut merupakan kombinasi faktor dari gen, bahan kimia dan lingkungan.


(del/ir)

Baco Salengkapnyo...

Mengapa Stres Memicu Sakit?


Shutterstock
KOMPAS.com - Selama lebih dari lima dekade para peneliti telah mengaitkan stres dengan penyakit. Studi-studi menunjukkan bahwa orang yang menderita stres lebih rentan terkena penyakit atau mengalami perburukan penyakit. Namun belum diketahui dengan benar bagaimana hal itu terjadi.

Sheldon Cohen, profesor psikologi dari Carnegie Mellon University melakukan riset untuk mengungkap bagaimana stres memicu penyakit. Dari hasil studinya terungkap stres berkepanjangan tidak hanya memengaruhi kondisi
psikologi tetapi juga melemahkan kekebalan tubuh dan memicu inflamasi atau peradangan.

Yang menarik adalah, sistem imun tubuh menciptakan peradangan (misalnya reaksi kemerahan pada area luka) untuk membantu tubuh menyembuhkan dirinya. Tetapi dalam jangka panjang dan pada level yang tinggi, stres juga menyebabkan timbulnya peradangan.

Temuan juga menunjukkan, peradangan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, asma dan gangguan autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang tubuh.

Dalam risetnya, Cohen melakukan dua percobaan yang melibatkan lebih dari 300 orang, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih tentang hubungan stres dan penyakit. Peneliti bertanya kepada partisipan studi tentang tekanan hidup yang mereka alami dan seberapa sering mereka terkena pilek, untuk melihat apakah mereka jatuh sakit.

Setelah menyesuaikan beberapa faktor, para peneliti menemukan bahwa orang yang sedang mengalami stres psikologis - seperti yang disebabkan oleh perceraian - kurang mampu untuk meredam peradangan. Hal ini menunjukkan bagaimana stres dapat memengaruhi kekebalan tubuh menjadi kurang sensitif terhadap hormon yang mematikan peradangan. Peneliti mencatat, orang-orang dengan lebih banyak stres juga berisiko lebih tinggi terkena flu.

Temuan ini dipublikasikan secara online pada 2 April 2012 dalam Proceedings of National Academy of Sciences.

Faktor lain yang turut berperan terhadap kejadian penyakit antara lain orang yang stres cenderung memiliki gaya hidup tidak sehat, seperti merokok dan konsumsi alkohol dan kurang tidur. Kemungkinan lain adalah bahwa kondisi kesehatan seseorang dipengaruhi oleh hormon stres

Dr Andrew Miller, profesor psikiatri dan ilmu perilaku dari Emory University School of Medicine yang mempelajari bagaimana stres mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, mengatakan, "penelitian ini memberikan contoh yang sangat konkret tentang bagaimana stres kronis dan dampaknya pada sistem kekebalan tubuh."

Tetapi Miller menegaskan, temuan ini hanya bagian dari gambaran yang lebih luas tentang bagaimana stres mempengaruhi tubuh

"Peradangan adalah sebuah proses di dalam tubuh yang penting untuk memerangi infeksi dan penyembuhan luka. Oleh karena itu, induksi peradangan oleh stres adalah cara bagi tubuh untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi serangan penyakit," tambah Miller.

Meski begitu peneliti menegaskan bahwa hubungan antara stres psikologis kronis dan peradangan tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.

Baco Salengkapnyo...

Caffein Bikin Malas Kerja


ilustrasi (keanggian.wordpress.com)

VANCOUVER—Terlalu banyak mengonsumsi caffein dan amphetamine ternyata berdampak buruk pada kinerja seseorang. Menurut peneliti, kandungan zat tersebut dapat memicu kemalasan.
Para peneliti dari University of British Columbia (UBC), Vancouver, Kanada bereksperimen menggunakan sejumlah tikus. Mereka meneliti dampak zat stimulan bagi “tikus pekerja” dan “tikus pemalas”. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal online Nature’s Neuropsychopharmacology.
“Banyak orang mengonsumsi stimulan untuk mendukung aktivitasnya seperti bangun tidur, begadang, meningkatkan semangat kerja dan lainnya. Penelitian ini menunjukkan adanya efek sebaliknya pada orang yang menyukai kerja keras demi hasil yang lebih baik,”
ujar kepala peneliti dari Departemen Psikologi UBC, Jay Hosking, seperti dilansir Publicaffairs.ubc.ca, Rabu (28/3) waktu setempat.
Hosking menambahkan, beberapa orang sangat termotivasi dan fokus berusaha untuk mencapai tujuannya. Namun, masih sedikit informasi terkait mekanisme otak yang menentukan seberapa besar usaha kognitif dilakukan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Hosking dibantu Profesor Catharine Winstanley dari Departemen Psikologi UBC menemukan, tikus menunjukkan beragam motivasi untuk mendapatkan hadiah makanan. Saat diberi stimulan amphetamine, “tikus pemalas” yang biasanya menghindari rintangan justru berubah menjadi pekerja keras. Hal sebaliknya terjadi pada “tikus pekerja” yang tidak termotivasi dengan caffein maupun amphetamine. Menurut mereka, kondisi yang sama juga terjadi pada manusia.
Para peneliti menyimpulkan, perhatian mental seseorang untuk mencapai tujuan memiliki peran penting dalam merespons zat stimulan yang dikonsumsi. Meski begitu, mekanisme kerja otak saat orang bekerja masih perlu diteliti lebih lanjut.
Profesor Winstanley menjelaskan, penderita gangguan psikis, kerusakan otak dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) akan lebih baik jika ditangani secara personal. Sebagian besar dari mereka memilih mengonsumsi stimulan untuk mengatasi kelelahan dan penurunan kondisi, meski sebenarnya hasilnya cukup beragam.
“Penelitian ini membuktikan, penanganan secara personal saat melakukan program perawatan lebih bermanfaat,” ujar Winstanley yang juga anggota Brain Research Centre UBC. (ali)

Baco Salengkapnyo...

Ungkap Rahasia Kepribadian Wanita dari Pakaiannya



Liputan6.com, London: Pakaian yang dikenakan seorang wanita bisa memberitahukan rahasia yang tersembunyi. Contohnya saja wanita yang senang mengenakan pakaian dengan belahan dada rendah, rok mini, atau gemar mengenakan perhiasaan.

Demikian disampaikan Psikologi Dr Jennifer Baumgartner seperti yang dilansir Dailymail, Senin (26/3).

Baumgartner mengatakan, pakaian yang kita pilih bisa memberitahukan seseorang tentang rahasia terpendam yang berusaha disembunyikan.

Wanita yang gemar berpakaian yang mengekspose belahan dada biasanya haus kekuasaan dan senang mengendalikan. Seperti yang disukai aktris Christina Hendricks. Ini menunjukkan perasaan berkusa dan memegang kendali. Dan yang tidak mengejutkan lagi, orang lain akan melihat Anda.

"Pakaian Anda sebenarnya mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi secara internal. Pikiran dan perasaan Anda terletak di dalam lemari. Anda hanya perlu mencari mereka," kata Baumgartner.

Dalam bukunya, wanita berusia 34 tahun, yang juga seorang konsultan wardrobe, menjelaskan bahwa biasanya wanita membuat kesalahan ketika membeli pakaian. Kebanyakan wanita terperangkap dengan hanya membeli pakaian berlabel desainer, serta mengenakan pakaian kantor sepanjang waktu atau terlalu banyak membelinya.

Masalah lain yang khas adalah terjebak dalam kebiasaan gaya, yang artinya Anda tidak mengubah tampilan Anda selama lima tahun terakhir.

Banyak kebiasaan pakaian lain yang bisa mencerminkan kepribadian pemakainya. Selain belahan dada, Baumgartner juga mengungkapkan, wanita yang gemar memakai perhiasan terlalu banyak bisa menjadi upaya untuk memberitahu orang lain bahwa Anda kaya, tapi sebenarnya hal itu menyiratkan bahwa Anda mengalami masalah keuangan.

Jika Anda sering mendapati diri Anda menggunakan jeans dan baju olahraga dengan rambut acak-acakan, berhati-hatilah. Jauh dari citra menikmati hidup, Anda mungkin tengah merasa bersalah atau kecapaian.

Sementara wanita yang senang mengenakan kemeja berkancing memberitahukan ke bos mereka bahwa feminitas berarti kelemahan, bukan kekuasaan. Sedangkan wanita bersepatu hak tinggi bisa membuat mereka terlihat kurang cerdas, tapi juga menginspirasikan kepercayaan diri karena sama tinggi dengan rekan pria.

Sedangkan seorang gadis muda yang memilih rok pendek terlihat sedang mencari perhatian, sedangkan wanita yang lebih tua yang juga berok mini biasanya karena sulit menerima bahwa dia sudah semakin dewasa.

"Semua perilaku kita, dari makanan yang kita makan hingga pria yang berkencan dengan kita, termotivasi oleh faktor internal. Mengapa ada yang berbeda dengan pakaian yang kita beli dan cara kita membelinya? Yang perlu Anda lakukan adalah melacak kebiasaan belanja Anda, atau perhatikan gaya dalam lemari pakaian Anda untuk mengidentifikasi polanya.

Dr Baumgartner juga menceritakan bahwa dia memberitahu kliennya untuk "diet media" untuk membatasi pengaruh gambar-gambar yang merusak harga diri mereka. Keluar masuknya majalah fashion dengan gambar airbrushed, ukuran model yang langsing memberitahu bahwa 'Anda tidak cukup baik'.(MEL)

adalah citizen journalism, ruang publi

Baco Salengkapnyo...

Fungsi Tes Psikologi

Tes psikologi adalah serangkaian kegiatan pengukuran untuk mendeskripsikan seseorang, baik kemampuan (ability), kepribadian, kecenderungan dan sebagainya. Berdasarkan keputusan yang akan diambil dalam pengukuran, maka tes psikologi mempunyai fungsi
sebagai berikut:
Fungsi seleksi
Tes psikologi berfungsi sebagai seleksi jika digunakan untuk memilih individu-individu yang cocok/sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan.. misalnya tes masuk suatu lembaga pendidikan atau tes seleksi jabatan tertentu. Berdasarkan hasilh-asil tes psikologis yang dilakukan, pimpinan lembaga dapat memutuskan calon-calon pelamar yang dapat diterima dan menolak alon-calon lainnya.
Fungsi Klasifikasi
Yaitu mengelompokkan individu-individu dalam kelompok sejenis. Misalnya mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah sejenis, sehingga dapat diberi bantuan yang sesuai dengan masalahnya. Atau mengelompokkan siswa ke dalam program khusus tertentu.
Fungsi deskripsi
Tes ini berfungsi untuk menjelaskan profil seseorang, baik kepribadian, tingkahlaku, kemampuan, minat dan bakat dan sebagainya
Mengevaluasi suatu treatment
Tes psikologi digunakan juga untuk mengavaluasi suatu treatment/tindakan yang telah dilakukan terhadap seseorang atau sekelompok individu. Ini untuk mengavaluasi sampai tingkat mana keberhasilan treatment yang sudah diberikan. Evalusi ini sangat membantu untuk meneruskan tindakan selanjutnya yang akan diambil.
Menguji suatu hipotesis
Tes psikologi juga bisa digunakan menguji sebuah hipotesis dan asumsi yang ada. Ini dikarenakan, bahwa tes psikologi terbuat/disusun dari sejumlah penelitian yang ilmiah sebelumnya.  Contoh penggunaan tes psikologi untuk menguji hipotesis ini seperti membandingkan hasil eksperimen yang sudah didapatkan dengan tes psikologi yang sudah dibakukan. Jadi hasilnya dapat di compare (membadingkan), ataupun tes psikologi bisa langsung menguji hipotesis dengan menurunkan indicator-indokator dari tes psikologi yang baku.

Referensi:
Ki Fudyartanta. 2009. Pengantar Psikodiagnostik. Yogyakart: Pustaka Pelajar
Azwar, Syaifuddin. 2009. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sukardi, Dewa Ketut. 2003. Analisis Tes Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta

Baco Salengkapnyo...

Subhanallah, Rutin Berpuasa Bisa Memperpanjang Umur


Add caption
Faedah lain dari puasa bisa melindungi jantung, sistem peredaran darah, melindungi otak, melawan kanker hingga mengatasi stress.

NEW YORK, Jaringnews.com - Bagi umat Islam, berpuasa adalah salah satu ibadah untuk meningkatkan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan puasa di Bulan Ramadhan yang datang satu tahun sekali menjadi ibadah wajib bagi umat Muslim. Nah, sekelompok peneliti Amerika Serikat menyimpulkan, sesekali berpuasa ternyata bisa memperkuat daya ingat otak sekaligus menurunkan berat badan. Dan puasa Senin-Kamis yang menjadi puasa sunnah bisa menjadi contohnya.

Untuk mencari faedah puasa, para ilmuwan The National Institutes for Aging melakukan penelitian lewat tikus sebagai kelinci percobaan. Selama penelitian, para peneliti 'memaksa' tikus untuk berpuasa dengan hanya diberi makanan dengan kalori minimum. Hasilnya, menakjubkan, tikus yang berpuasa justru berumur dua kali lebih panjang.

Para peneliti tak berhenti melakukan percobaan, kali ini pada manusia. Dan para peneliti menemukan faedah puasa pada manusia bisa melindungi jantung, sistem peredaran darah dan melindungi otak dari penyakit tua seperti Alzheimer.

"Tidak adanya energi ternyata memperpanjang umur dan melindungi otak serta sistem jantung dari penyakit-penyakit yang biasanya muncul pada masa tua," ungkap Mark Mattson, kepala laboratorium neurosains di NIA sekaligus professor bidang neurosains di John Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat.

Dalam percobaan terhadap sekelompok tikus, mereka hanya diberi makan pada hari-hari tertentu sedangkan kelompok lain diberi makan setiap hari. Kedua kelompok tikus itu boleh makan sebanyak mungkin pada hari-hari tertentu dan ternyata kedua kelompok tidak ada perbedaan dalam jumlah kalori yang mereka makan.

Menurut profesor Mattson, tikus yang puasa ternyata lebih sensitif terhadap insulin dan tak perlu banyak memproduksi hormon itu.

Insulin dalam kadar tinggi biasanya dihubungkan dengan lemahnya otak dan diabetes. Insulin dihasilkan untuk mengendalikan kadar gula setelah makan besar atau makan kecil.

Otak kedua kelompok tikus itu kemudian diteliti dan ternyata kelompok tikus yang puasa memiliki sinapsis otak yang berfungsi lebih baik. Sinapsis otak adalah pertemuan antara sel-sel otak yang mempercepat sel baru serta mencegah stres.

Penelitian sebelumnya menyimpulkan, puasa dapat membantu dalam memerangi kanker. Menurut para peneliti, puasa membuat sel dalam posisi 'survival mode' sehingga lebih mampu melawan stres dan kerusakan akibat kemoterapi.
(Kru / Kru)

Baco Salengkapnyo...